WELLCOME TO MY BLOG

Senin, 21 Maret 2011

SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS)

Definisi
SARS adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang penyebabnya adalah Coronavirus (suatu “single-stranded enveloped RNA virus”).
SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina daratan, muncul dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002. Pada bulan Juli 2003 Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 6 wilayah yaitu : Kanada, Cina daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke beberapa kota besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam. Setelah itu SARS diketahui menyebar ke lebih dari 20 tempat lain di dunia mengikuti rute penerbangan. Sejak pertamakali dilaporkan sampai tanggal 2 Juli 2003, WHO telah mencatat 8442 kasus di 30 negara dengan kematian pada 812 kasus (WHO 2003e).

Penyebab
SARS disebabkan oleh coronavirus yang pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron sama dengan coronavirus pada binatang. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1 – 2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare.

Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi. Pada pemanasan dengan suhu 540C (132.80F) akan membunuh coronavirus SARS dengan kecepatan sekitar 10.000 unit per 15 menit. Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui dinding saluran pernafasan,mukosa mulut dan selaput retina mata.Virus ini menyerang saluran pernafasan manusia dan binatang berdarah panas.




Distribusi penyakit
:
KLB SARS yang cukup besar terjadi antara bulan November 2002 sampai dengan bulan Juli 2003 di Kanada, Cina (termasuk Hongkong dan Taiwan), Singapura dan Vietnam.

Pada saat itu virus diketahui menyebar ke lebih dari 20 lokasi didunia yaitu di beberapa tempat di Afrika, Amerika, Asia, Australia, Eropa, Timur tengah dan daerah Pasifik. Pada tanggal 5 Juli 2003, WHO melaporkan bahwa tidak ditemukan lagi penularan dari orang ke orang diseluruh wilayah KLB SARS, namun WHO menyarankan agar kegiatan surveilans yang intensif harus dilanjutkan. Dengan kegiatan surveilans yang tetap intensif akan diketahui apakah SARS menjadi endemis disuatu wilayah ataukah tidak, apabila SARS muncul kembali didaerah tersebut akan dengan mudah dan cepat diketahui.

Pada bulan September 2003, di Singapura ditemukan petugas laboratorium positif SARS dengan pemeriksaan PCR. Tiga bulan kemudian kejadian yang sama menimpa petugas laboratorium di Tiapeh (Cina Taiwan). Pada kedua kejadian diatas tidak terjadi penularan yang menimbulkan penderita sekunder.
Kejadian ketiga terjadi di Beijing pada bulan April 2004 menimpa dua orang petugas laboratorium. Seorang petugas laboratorium tersebut sempat menularkan kepada anggota keluarganya dan petugas kesehatan lain sehingga menimbulkan KLB kecil generasi ketiga. Namun KLB ini dapat diatasi oleh otoritas kesehatan Cina.

Gejala
Gejalanya dapat terlihat dalam waktu relatif pendek dengan masa inkubasi 2-7 hari. SARS pada awalnya mungkin disangka Flu biasa, namun sesudah beberapa hari akan memberat dengan tanda-tanda demam (di atas 38ยบ C) , batuk tanpa dahak, suara parau, napas pendek, kesulitan bernafas, nyeri dada, nyeri kepala dan memiliki riwayat dalam 7-10 hari bepergian ke daerah endemik (China, Hongkong, Singapura, Vietnam dan Canada) atau kontak dengan penderita SARS.
Pada pemeriksaan darah ditemukan trombositopenia dan leukopenia di samping pemeriksaan rontgen positif pneumonia.

Epidemiologi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara kumulatif kasus SARS adalah 2.781 kasus dengan 111 kematian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat ( CDC) kini melaporkan total terjadi 51 kasus. Angka ini naik dari semula hanya 45 kasus di 21 negara bagian pada tanggal 26 Maret.
Sebagian besar kasus SARS hingga saat ini telah terjadi pada orang dewasa muda. Pola transmisi sebagian besar mencerminkan usia petugas kesehatan, anggota keluarga dan kontak sosial, dan wisatawan internasional..

SARS tampaknya paling sering disebarkan melalui kontak orang-ke-orang dekat yang melibatkan paparan tetesan menular, dan mungkin melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
Cina terus untuk melihat kasus baru SARS meskipun jumlahnya menurun setelah puncak kasus pada bulan Februari. Sampai saat ini, 1.290 kasus dan 55 kematian telah dilaporkan dari Cina daratan.
Hong Kong sedang mengalami wabah SARS terbesar kedua dengan 998 kasus dan 30 kematian. Sebuah wabah signifikan pada blok apartemen Amoy Gardens antara 27 Maret-1 April menghasilkan puncaknya.
Kanada telah mengalami wabah SARS kemungkinan 97 kasus dan 10 kematian. Semua kasus telah dikaitkan antara epidemiologi dengan transmisi terkait dengan pelayanan kesehatan dan transmisi antara kontak dekat dari kasus SARS. Dalam wabah Kanada, rasio fatalitas kasus yang lebih tinggi tampaknya terkait dengan usia yang lebih tua dari pasien, yang sering memiliki penyakit kronis yang mendasari.

Etiologi  
Sindrom pernafasan akut parah (SARS) adalah infeksi virus yang serius berpotensi mengancam nyawa disebabkan oleh virus yang sebelumnya dikenal dari keluarga Coronavirus. Coronavirus merupakan penyebab penyakit flu pada umumnya. Tiga belaslaboratorium di 10 negara telah beke rja samauntuk menemukandan mengidentifikasi virus penyebab SARS. Pada awalnya,paramiksovirus dihubungkan dengan SARS karena telah ditemukan pada beberapa kasus. Dalam usaha untuk segera

menanggulangi dan mencegah penyebaran SARS lebih luas, kerja sama antarlaboratorium antarnegara tersebut dalam waktu yang relatif singkat telab berbasil menyediakan sejumlab uji laboratorium untuk mengenali virus barn yang berasal dari keluarga coronavirus. Setelab pembuktian postulat Kocb pada monyet, secara resmi WHO mengumumkan bahwa virus corona sebagai penyebab SARS. Nama seperti Urbani-SARS associated coronavirus, Franhjiurt am Main index case (FFMic) coronavirus telah diusulkan untuk virus corona penyebab SARS dan WHO secara resmi menentukan nama penyebab SARS ialah virus SARS-CoV.

Cara penularan 
SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan sekret/cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Diduga cara penyebaran utamanya adalah melalui percikan (droplets) dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.

Dilain kesempatan virus diduga ditularkan melalui media lingkungan yaitu dari saluran limbah (comberan) yang tercemar bahan infeksius; dengan aerosolisasi mencemari udara atau secara mekanis dibawa oleh vector. Cara penularan melalui saluran limbah tercemar ini sedang diteliti secara retrospective.

Masa penularan
Masa penularan belum diketahui secara pasti. Dari penelitian awal yang pernah dilakukan tidak terjadi penularan sebelum muncul tanda dan gejala klinis, dan diduga masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.

Kerentanan
: siapa sajakah yang rentan terhadap infeksi virus SARS belum diketahui dengan jelas, namun semua orang diduga rentan tertulari. Nampaknya ras dan jenis kelamin tidak ada hubungannya dengan kerentanan. Oleh karena sedikit sekali penderita SARS pada anak yang dilaporkan

Cara – cara pencegahan 
 
1. Lakukan identifikasi segera terhadap semua penderita suspect dan probable sesuai dengan definisi kasus menurut WHO. Setiap orang sakit yang datang ke fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik di Bandara dan lain-lain) yang akan dinilai terhadap kemungkinan menderita SARS dimasukkan ke ruang triage dan disini segera dilakukan pemisahan untuk mengurangi risiko penularan. Untuk penderita yang masuk katagori probable segera dipasangi masker, sebaiknya masker yang dapat menyaring udara ekspirasi untuk mencegah percikan ludah keudara.

Petugas triage harus memakai masker penutup muka (face mask jenis N/R/P 95/99/100 atau FFP 2/3 atau sejenis dan memenuhi standar yang ditetapkan) yang dapat melindungi mata dari percikan. Petugas hendaknya selalu mencuci tangan dengan air mengalir sesuai dengan prosedur sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, setelah melakukan kegiatan yang diduga dapat menyebabkan kontaminasi, dan setelah melepaskan sarung tangan.

Sarung tangan yang tercemar, stethoscope dan peralatan lain harus ditangani dengan benar, dicuci dengan disinfektan untuk mencegah penularan. Disinfektan seperti larutan bahan pemutih (fresh bleach solution) dalam konsentrasi yang cukup harus selalu tersedia. 
2. Lakukan tindakan isolasi terhadap kasus probable.
Setiap penderita probable harus segera diisolasi dan dirawat dengan cara dan fasilitas dengan urut-urutan preferensi sebagai berikut : diisolasi diruangan bertekanan negatif dengan pintu yang selalu ditutup, kamar tersendiri dengan kamar mandi sendiri, ditempatkan dalam ruangan kohort pada daerah dengan ventilasi udara tersendiri dan memiliki sistem pembuangan udara (exhaust system) serta kamar mandi sendiri. Apabila tidak tersedia sistem supply udara tersendiri, maka semua AC (mesin pendingin udara) dimatikan dan jendela dibuka untuk mendapakan ventilasi udara yang baik (catatan : jendela harus yang tidak mengarah ketempat umum).
Prosedur kewaspadaan universal untuk mencegah infeksi harus diterapkan dengan ketat sekali terhadap kemungkinan terjadinya penyebaran melalui udara, melalui percikan dan kontak langsung.
Seluruh staf medis dan tenaga pembantu harus dilatih tentang cara-cara pencegahan infeksi dan cara-cara penggunaan Personal Protective Equipment (PPE) alat-alat perlingdungan diri berikut ini :
• Pengunaan penutup muka/face mask untuk melingdungi penularan melalui saluran pernafasan. Jenis face mask yang dianjurkan adalah NRP 95/99/100 atau FFP 2/3 atau jenis yang sama sesuai dengan standar nasional negara yang bersangkutan.

• Penggunaan sepasang sarung tangan

• Penggunaan pelindung mata

• Penggunaan jas sekali pakai

• Penggunaan apron

• Alas kaki yang dapat didekontaminasi

Pada waktu merawat dan mengobati penderita SARS sedapat mungkin digunakan peralatan dan bahan-bahan sekali pakai (disposable) dan setelah dipakai bahan atau peralatan tersebut dibuang sebagaimana mestinya.

Apabila peralatan yang telah digunakan akan dipakai lagi, hendaknya disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Alat-alat tersebut hendaknya dibersihkan dengan disinfektan yang mempunyai efek antiviral.
Hindari pemindahan penderita SARS dari ruang isolasi ketempat lain. Kalau penderita SARS ini karena sesuatu dan lain hal harus dipindahkan ketempat lain penderita harus diberi cungkup muka (face mask).

Visite dibatasi seminimal mungkin dan petugas harus menggunakan pakaian pelindung (PPE = Personal Preventive Equipment) dengan supervisi yang ketat. Mencuci tangan mutlak harus dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, sesudah melakukan kegiatan yang memungkinkan terjadi kontaminasi, sesudah melepaskan sarung tangan. Oleh karena itu harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dalam jumlah yang memadai. Untuk disinfeksi cukup digunakan alkohol apabila tidak ada riwayat kontak dengan bahan-bahan organik yang infeksius.

Perhatian khusus harus diberikan kepada petugas apabila melakukan tindakan-tindakan seperti pada pemberian fisioterapi thorax, pada tindakan bronkoskopi atau gastroskopi, nebulizer dan tindakan-tindakan lain pada saluran pernafasan serta tindakan yang menempatkan petugas kesehatan kontak sangat dekat dengan penderita dan dengan sekret infeksius, sehingga kemungkinan tertular sangat besar. Seluruh instrumen tajam harus ditangani dengan tepat dan ketat. Linen penderita harus dikemas ditempat oleh petugas, ditempatkan didalam kantong khusus (biohazard bags) sebelum dikirim ke laundry/binatu.

3) Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau mereka yang kontak dengan sekret saluran nafas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS.

Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini menyangkut berapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS.
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
1) Menjenguk penderita
  • Semua penderita suspect dan probable SARS harus dirawat diruang isolasi atau ruangan kohort. Penderita suspect dan probable harus dirawat dalam ruangan terpisah
  • Ambil spesimen (spuntum, darah, serum dan urine) untuk pemeriksaan laboratorium, tujuannya adalah untuk menyingkirkan penyebab pneumonia yang umum, termasuk yang atipik; selalu pikirkan kemungkinan koinfeksi SARS dan lakukan pemeriksaan foto thorax dengan cara yang tepat.
  • Ambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis SARS seperti : hitung lekosit, hitung trombosit, pemeriksaan creatinine phosphokinase, pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan urea dan elektrolit, pemeriksaan C-reactive protein dan sera ganda.
Petugas yang melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium dan petugas yang melakukan perawatan dan pengobatan penderita SARS serta yang melakukan tindakan yang dapat menimbulkan aerosolisasi seperti : melakukan nebulizer, fisioterapi thorax, bronkoskopi, gastroskopi dan tindakan-tindakan lain pada saluran nafas, petugas tersebut harus mengenakan PPE lengkap.

Pada saat penderita masuk ruang perawatan segera diberikan antibiotika yang umum diberikan kepada penderita pneumonia sampai dengan diagnosa terhadap Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang penyebabnya diketahui dan umum terjadi dimasyarakat dapat dikesampingkan. Berbagai jenis antibiotika telah dicoba diberikan kepada penderita SARS tanpa hasil yang jelas. Pada beberapa penderita SARS tertentu diberikan Ribavirin dengan atau tanpa steroid, efektivitasnya tidak jelas dan ditemukan banyak efek samping yang berat.

Diusulkan untuk melakukan penelitian efektivitas pemberian terapi ribavirin dan tindakan lain secara terkoordinasikan dengan penderita secara multicenter.

2) Manajemen kontak : 
Berikan penjelasan kepada kontak tentang gejala-gejala dan tanda-tanda serrta cara-cara penularan SARS. Lakukan pengamatan ketat terhadap kontak selama 10 hari, anjurkan kepada mereka untuk tetap tinggal dirumah tidak pergi kemana-mana. Catat suhu badan mereka setiap hari, tekankan kepada mereka bahwa gejala SARS pertama yang muncul adalah demam.

Pastikan bahwa petugas surveilans selalu mengunjungi atau menghubungi kontak melalui telpon untuk melihat apakah ada kenaikan suhu badan atau tanda-tanda dan gejala lainnya muncul. Apabila ada kenaikan suhu badan dan muncul tanda-tanda dan gejala-gejala kearah SARS, rujuk dan lakukan pemeriksaan lanjutan difasilitas kesehatan yang telah ditunjuk dan disiapkan dengan fasilitas yang memadai untuk menangani penderita SARS.

Apabila penderita suspect atau probable SARS sudah dapat disingkirkan dari diagnosa SARS karena telah ditemukan diagnosa lain maka kontak ini dapat dikeluarkan dari surveilans dan dipulangkan atau dirawat sebagai penderita penyakit biasa.
Tindakan penanggulangan wabah  
Saat terjadi wabah SARS pada tahun 2003, persepsi masyarakat awam bahwa penularan terjadi ditempat-tempat umum ternyata jauh dari kenyataan. Oleh karena itu pada saat terjadi KLB/wabah SARS, masyarakat agar diberikan penjelasan yang memadai supaya tidak terjadi kepanikan dimasyarakat.

Segera bentuk panitia penanggulangan KLB/wabah SARS ditingkat nasional yang terdiri dari instansi lintas sektor untuk mengawasi dan mengarahkan upaya penanggulangan KLB/wabah SARS yang sedang terjadi. Evaluasi dilakukan terhadap upaya atau tindakan epidemiologis dan terhadap manajemen penderita difasilitas kesehatan dan evaluasi juga dilakukan terhadap upaya lain untuk memperoleh informasi lebih jelas.

Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang risiko penularan SARS, tentang definisi kontak, tentang tanda-tanda dan gejala klinis SARS. Berikan penjelasan melalui media massa tentang cara-cara menghindari kontak dengan penderita SARS. Buka jaringan telepon “hotline” dan cara-cara lain yang dapat menjawab berbagai pertanyaan masyarakat tentang SARS. Pastikan bahwa masyarakat tahu kemana mereka harus mencari informasi tentang SARS. Siapkan fasilitas “triage” yang memadai dan pastikan bahwa mesyarakat tahu lokasi fasilitas tersebut dan cara mencapainya.

Implikasi bencana : sama halnya dengan berbagai penyakit emerging disease lainnya, maka SARS memberikan dampak yang sangat buruk terhadap sosial – ekonomi dan perdagangan suatu negara.

Tindakan internasional
WHO menyelenggarakan surveilans global secara terus menerus terhadap kasus klinis SARS baik yang suspect maupun probable. Saat ini sedang dilakukan survei serologis terhadap kontak dan survei serologis di masyarakat (community based survey) sebagai bagian dari studi epidemiologis. Studi epidemiologis ini nantinya akan mengubah pandangan kita tentang transmisi SARS.
WHO selalu menyediakan informasi mutahir yang teratur tentang SARS dan memberikan rekomendasi perjalanan berdasarkan data dan fakta (evidence based – travel recommendation). Cara – cara ini sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus SARS melalui lalu lintas dan perjalanan manusia lintas negara.


Daftar pustaka :
  1. Kepmenkes No.424/MENKES/SK/IV/2003 tentang penetapan SARS sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan pedoman penanggulangan.
  2. Discovery Health Channel Licoricemay help against sars, June 24,2003
  3. SARS epidemiology to date diakses dari  http://www.who.int/csr/sars/epi2003_04_11/en/
  4. FERAIBRAHLM' &T. MIRAWATI SUDIRO.2003. Jurnal Mikrobiologi Indonesia, hlm. 35-38. Jakarta:FKUI. diakses dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/82033538.pdf


Rabu, 16 Maret 2011

DISENTRI

Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).(1)
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.(2)
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 
  1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 
  2. Berak-berak, dan 
  3. Tinja mengandung darah dan lendir. 
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.(3-4)

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari 500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di Bagian Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat di catatan medis, dari 748 kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang disebabkan oleh disentri basiler. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita diare berat, ditemukan 5% Shigella.
Prevalensi amebiasis sangat bervariasi, diperkirakan 10 persen populasi terinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia merupakan host dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal, atau lewat hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya.

Etiologi
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu : (1) 

1. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p

Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari Shigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella sp merupakan penyebab terbanyak dari diare invasif (disentri) dibandingkan dengan penyebab lainnya.
Hal ini tergambar dari penelitian yang dilakukan oleh Taylor dkk. di Thailand pada tahun 1984.5

2. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica

E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.(6)

Distribusi penyakit
Amoebiasis ada dimana-mana. Invasive amoebiasis biasanya terjadi pada dewasa muda. Abses hati terjadi terutama pada pria. Amoebiasis jarang terjadi pada usia dibawah 5 tahun dan terutama di bawah 2 tahun, pada usia ini disenteri biasanya karena shigella. Angka prevalensi kista yang di publikasikan, biasanya didasarkan pada bentuk morfologi dari kista, sangat bervariasi dari satu tempat ketempat lain. Pada umumnya, angka ini lebih tinggi di tempat dengan sanitasi buruk (sebagian besar daerah tropis), di institusi perawatan mental dan diantara para homoseksual pria, (kemungkinan kista dari E. dispar). Di daerah dengan sanitasi yang baik, infeksi amoeba cenderung terjadi di rumah tangga dan institusi. Proporsi dari pembawa kista yang menunjukkan gejala klinis biasanya rendah.

Cara penularan
Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.
Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita sering kali tercampur nanah dan darah. Penularan mungkin terjadi secara seksual melalui kontak oral-anal. Penderita dengan disentri amoeba akut m ungkin tidak akan membahayakan orang lain karena tidak adanya kista dan trofosoit pada kotoran

Gejala
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

Cara penanggulangan
Pencegahan
Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :
1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti
2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah
3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan
4. Membuang tinja dengan cara yang saniter
4. Memasak makanan sampai matang
5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara
6. Melindungi sumber air umum dari kontaminasi tinja
6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik
7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat 

Pengobatan
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena . umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan

Daftar pustaka :
  1. Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.FKUI:Jakarta.
  2. Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri. Diakses dari http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed. 
  3. Harris JC, Du Pont HL, Hornick RB. Fecal leuqpcytes in diarrheal ilness. Am Intern Med 1972; 76 : 697-3.
  4. Pickering LK, Du Pont HL, Olarte J, Conklin R, Ericsson C. Fecal leucocytes in enteric infections. Am J Clin Pathol 1977; 66 :562-5.
  5. Vogtlin J, Stalder H, Hurzcler L dkk. Modified Guaiac test may replace search for faecal leucocytes in acute infectious diarrheal. Lancet 1983; ii : 1204
  6. Davis K., 2007.Amebiasis. Diakses dari : http://www.emedicine.com/med/topic116.htm