WELLCOME TO MY BLOG

Kamis, 16 Desember 2010

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Menurut undang-undang no.4 pasal 1 tahun 1984 tentang wabah penyakit menyebutkan bahwa wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Penyakit yang berpotensial menimbulkan wabah menurut Permenkes
560/MENKES/PER/VIII/1989 meliputi :

1. Kholera
2. Pes
3. Demam Kuning
4. Demam Bolak-balik
5. Tifus Bercak wabah
6. DBD
7. Campak
8. Polio
9. Difteri
10. Pertusis
11. Rabies
12. Malaria
13. Influenza
14. Hepatitis
15. Tifus Perut
16. Meningitis
17. Ensefalitis
18. Antraks
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991). Laporan wabah atau Kejadian Luar Biasa dari puskesmas dan rumah sakit merupakan salah satu komponen penting untuk deteksi dini terhadap kejadian luar biasa suatu penyakit sehingga wajib dikirimkan seminggu sekali oleh puskesmas dan rumah sakit ke dinas kesehatan. Laporan Wabah memuat jumlah penderita dan kematian dari penyakit-penyakit potensial KLB tertentu serta masalah kesehatan ibu/anak.
Tujuan Penyidikan KLB
Tujuan Umum :
• Mencegah meluasnya (penanggulangan).
• Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
Tujuan khusus :
• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .
• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,
• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
• Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang
beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).

Batasan KLB meliputi arti yang luas:
1. Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi.
2. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat
(tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya.
3. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun, desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi dan negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.
4. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.

Kriteria kerja KLB
1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS
o Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
o Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a) Keracunan makanan
b) Keracunan pestisida
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA WABAH
a. Herd Immunity yang rendah
Herd imunnity adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.

b. Patogenesiti
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
c. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
•Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
•Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

Penanggulangan secara dini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa dari suatu penyakit wabah yang dapat menjurus terjadinya wabah yang dapat mengakibatkan malapetaka. Hal ini disebabkan karena wabah penyebarannya dapat berlangsung secara cepat, baik melalui perpindahan, maupun kontak hubungan langsung atau karena jenis dan sifat dari kuman penyebab penyakit wabah itu sendiri. Fakta lain yang dapat menimbulkan wabah penyakit menular, dapat disebabkan karena kondisi masyarakat dari satu wilayah tertentu kurang mendukung antara lain kesehatan lingkungan yang kurang baik atau gizi masyarakat yang belum baik.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;

Sumber : http://www.depkes.go.id/
PP no 40 Tahun 1991

EKKI INDRI RETNO UTAMI
Mahasiswa FKM UNDIP

Jumat, 12 November 2010

Penyelidikan Epidemiologi

Dalam epidemiologi kita mengenal istilah Penyelidikan Epidemiologi (Epidemiology Investigation) yaitu penyelidikan atau survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh. Yang diselidiki dalam epidemiology investigation adalah mengenai apakah tempat yang terkena KLB tersebut merupakan endemik atau epidemik penyakit, merupakan penyakit infeksi atau penyakit kronis, dan kondisi kesehatan lainnya.
Tujuan diadakan penyelidikan epidemiologi adalah untuk :
1. Mendapatkan gambaran masalah yang sesungguhnya
2. Mendapat gambaran klinis tentang suatu penyakit
3. Mendapat gambaran mengenai kasus menurut variabel epidemiologi
4. Mendapat informasi tentang faktor resiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi
Dengan mengetahui tujuan tersebut diharapkan seorang epidemilogist dapat mengambil tindakan untuk pencegahan maupun penanggulangan penyakit.
Kegiatan yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi meliputi :
1. Investigate : mencari informasi dengan cara wawancara, ataupun menyelidiki ke daerah yang terkena wabah
2. Collecting : mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan kejadian wabah
3. Analyze : menganalisis informasi yang telah didapat
4. Conclusion : menyimpulkan informasi

Beberapa contoh mengenai penyelidikan epidemiologi :
a. Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat. Perkembangan penyakit malaria tergantung dari faktor lingkungan yang memungkinkan nyamuk Anopheles untuk berkembang menjadi vektor. Penyakit malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria, yang merupakan suatu protozoa darah dari genus plasmodium, bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh gigitan nyamuk malaria (Anopheles spp) betina. Ada 4 jenis Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax adalah jenis Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia.
Gejala yang terjadi pada penyakit malaria adalah menggigil, demam, serta berkeringat. Penularan malaria dipengaruhi oleh faktor agent, host (nyamuk dan manusia), dan environmental. Mengingat distribusi penyebaran malaria sangat luas dan Indonesia merupakan daerah endemik malaria, hal yang terpenting dalam mencegah penularan malaria adalah kekebalan tubuh dari individu, selain itu perlu adanya penyemprotan insektisida didalam ruangan. Nyamuk Anopheles sp aktif menggigit pada malam hari, nyamuk ini menyukai tempat-tempat seperti di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab, dll.
Penularan malaria melalui gigitan nyamuk Anopheles betina juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pola musim, curah hujan, kelembaban, dll. Walaupun seorang berada di daerah non endemik dari malaria, dia bisa juga terkena malaria. Hal ini bisa disebabkan karena ia pernah berada di daerah endemis, misalnya karena hal pekerjaan, mengungsi, dll.
Penyelidikan epidemiologi tentang penyakit malaria bisa dilakukan dengan :
a. Memeriksa darah penderita
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah didalam darah penderita terdapat jenis plasmodium penyebab malaria.
b. Pemeriksaan jentik dan nyamuk
Kegiatan ini dilakukan di daerah tempat tinggal penderita, untuk mengetahui jenis nyamuk yang berada di lingkungan tersebut apakah daerah tersebut merupakan endemis atau hanya sebagai pendemi.
c. Pemeriksaan habitat nyamuk Anopheles
Bertujuan untuk mengetahui kharakteristik habitat yang disukai oleh Anopheles sp. Termasuk didalamnya tempat beristirahat dan tempat bertelur.
d. Wawancara dengan penderita
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kronologi kejadian mengapa penderita bisa terkena malaria.
Untuk pengobatan malaria, beberapa jenis obat yang dikenal umum adalah:
- Obat standar: klorokuin dan primakuin
- Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)
- Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus)
- Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc)
- obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif

Pemberantasan dari Anopheles sp bisa dilakukan secara kimiawi dengan pemberian insektisida dan secara biologi dengan adanya predator yang memakan jentik-jentik nyamuk.

b. Penyakit Tuberkulosis Paru
Di Indonesia, TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Penyakit ini mudah menular, seperti halnya flu biasa dan cepat menyebar pada orang-orang yang hidup bersama penderita. TBC disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosa berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Dan ditandai adanya pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi akibat reaksi hipersensitifitas yang diperantai oleh sel. kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.

Sumber penularanya adalah penderita TB positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Namun bila daya tahan tubuh seseorang itu baik maka kuman yang ada didalam tubuh hanya akan menetap dan tidak akan menyebabkan infeksi dan saat daya tahan tubuh sedang turun maka kuman akan menjadi aktif dan menyebabkan timbulnya infeksi pada orang tersebut.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Gejala TB adalah batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, Dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Komplikasi pada penderita tuberkulosis pada penderita stadium lanjut yaitu Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas, kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial,
Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru, Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Penyelidikan epidemiologi yang dilakukan :
a. Memeriksa dahak penderita
Memastikan diagnosa melalui pemeriksaan dahak, makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
b. Pemeriksaan rontgen dada atau pada temapat lain yang disesuaikan keperluan, pemeriksaan darah dan kadar gula darah.
c. Wawancara dengan Penderita
Dilakukan untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita penderita sebelumnya. Apakah dahulu pernah mengalami TB Paru dan berhasil disembuhkan ataupun belum pernah sama sekali.
Pencegahan
• Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
• Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak
• Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
• Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
• Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah.
c. Penyakit Campak
Penyakit Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva), ruam kulit bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok borok bernanah. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus (Virus Morbili). Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Penularan campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang dapat menularkan penyakit.

Gejala penyakit campak dimulai dengan panas badan kemudian suhu makin meninggi waktu akan timbul gejala gejala pada kulit, Radang tenggorokan, pilek, batuk kering, radang selaput mata. Pada hari kelima timbul bercak merah pada kulit mula mula timbul dibelakang telinga, tengkuk, kemudian menyebar keseluruh tubuh. Bercak merata, kadang disertai borok bernanah, setelah kurang lebih tiga hari menghilang sesuai urutan kejadian. Bercak meninggalkan bekas kehitaman yang merupakan gejala khas penyakit campak.
4 fase Campak:
1. fase Inkubasi
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali.
2. Fase Prodormal
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.
3. Fase Makulopapuler
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-40,5°C.
4.Fase Penyembuhan
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai sembuh benar dari sisa-sisa campak.

Pencegahan penularan penyakit campak :
- Meningkatkan keadaan gizi anak
- Campak mudah menular, jadi bila ada penderita harus diisolasi atau menjauhkan anak yang sehat dari penderita
- Imunisasi campak pada bayi umur sembilan bulan.
Cara Mengobati Campak:
pengobatan campak hanya bersifat simptomatis, yakni mengobati gejalanya saja. Sementara hingga saat ini, belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi virus campak.
Pengobatan gejala sangat penting dilakukan karena bila tidak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya.

Penyelidikan epidemiologis:
a. Melakukan wawancara dengan penderita
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebelumnya penderita terpapar campak dari rekan atau orang terdekat, serta untuk mengetahui apakah sebelumnya telah dilakukan imunisasi terhadap penderita
b. Menyelidiki keadaan lingkungan
Dimaksudkan untuk mengetahui apakah di lingkungan penderita sedang terjadi wabah campak.
Akibat yang akan timbul bila Campak tidak diobati :
• Radang telinga tengah
• Radang selaput otak
• Radang otak
d. Lahir mati
Lahir mati adalah kematian janin di antara minggu ke 20 kehamilan (bulan ke 5) sehingga kelahiran dikarenakan adanya kecacatan struktur kromosom, kesehatan ibu pada sebelum hamil dan selama kehamilan yang mengalami masalah. Misal, ibu menderita diabetes mellitus dan hipertensi. Ada masalah pada plasenta, tali pusar yang jatuh ataupun melilit ke leher bayi, dan masih banyak lagi. Perempuan yang mempunyai resiko melahirkan bayi dalam keadaan meninggal adalah seorang perempuan perokok, peminum minuman keras, pecandu narkoba, hamil dalam usia yang terlalu tua maupun terlalu muda, obesitas, terjangkit virus maupun bakteri, dan wanita yang telah mengalami lahir mati sebelumnya.
Gejala lahir mati, terjadi pendarahan, janin tidak lagi melakukan pergerakan dalam rahim, merasa sakit di bagian pinggang serta terjadi perubahan fisik seperti payudara menjadi kecil. Pencegahan dilakukan dengan memerhatikan kesehatan sebelum mengandung dan selama kehamilan, termasuk asupan makanan tiap hari, hindari alkohol, narkoba, serta paparan pestisida, hindari kehamilan pada usia terlalu dini maupun usia tua.
Setelah kita mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lahir mati, Penyelidikan epidemiologi dapat dilakukan dengan cara :
a. Wawancara terhadap Ibu yang mengalami lahir mati
Untuk mengetahui asupan gizi selama hamil, penyakit yang diderita, umur saat hamil
b. Survei ke lingkungan tempat tinggal
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah lingkungan mendukung terjadinya lahir mati, misalnya lingkungan di daerah pertanian maupun industri, paparan dari pestisida dan limbah kimia bisa menyebabkan lahir mati. Selain itu, kebudayaan setempat, apakah di daerah tersebut memiliki adat untuk menikahkan anaknya di usia yang masih belia.
c. Melakukan autopsi terhadap janin yang telah mati
Untuk mengetahui penyebab kematian secara pasti.

e. Kematian Ibu
Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985)
Pendarahan, infeksi, hipertensi kehamilan serta abortus tidak aman. Keempat kondisi itulah yang menjadi penyebab angka kematian Ibu ( AKI ) tetap tinggi. Diantara keempat faktor itu, pendarahan menduduki peringkat pertama dengan 45 persen kejadian.
Penyebab pendarahan disebabkan perlengketan ari-ari, robekan rahim atau otot-otot rahim yang mengendur akibat sering bersalin.Hal ini bisa diantisipasi dengan sering periksa ada tidaknya risiko pendarahan itu. Selain rajin memeriksakan kehamilan, penting juga memriksakan hemoglobin. Terutama bulan keenam dan ketujuh kehamilan. Pemeriksaan Hb penting untuk menghindari kemungkinan anemia. Hal ini disebabkan ibu yang anemia berisiko otot-otot rahim melemah dan tidak segera menutup kembali pasca melahirkan. Risikonya sama, pendarahan.


EKKI INDRI RETNO UTAMI
E2A009079
MAHASISWA FKM UNDIP

Selasa, 19 Oktober 2010

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI LEBIH BANYAK DARI PEREMPUAN

Jumlah penduduk laki-laki di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010 lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Dari total penduduk yang mencapai 237,56 juta jiwa, 119,51 juta jiwa adalah penduduk laki-laki.Jadi, penduduk perempuan ada 118,05 juta jiwa yang artinya ada 1,46 juta laki-laki lebih banyak. Dan ini merupakan berita bagus bagi seorang perempuan..hehehe
Seks rasio penduduk laki-laki meningkat secara nyata pada tahun 1980, dimana setiap 100 orang perempuan terdapat 100 orang laki-laki. Pada tahun 1990 ada sekitar 100,2 laki-laki. Tiga Propinsi terbesar yang mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih banyak adalah Papua, Papua Barat, Kalimantan Timur dengan rasio di atas 110 persen.
Menurut sensus penduduk tahun 2010, propinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Jawa Barat dengan total sekitar 43,02 juta jiwa. Sedangkan untuk propinsi DKI Jakarta ada sekitar 9,6 juta jiwa.
Dan berikut ini daftar jumlah penduduk tiap propinsi di Indonesia :
1. Aceh 4,48 juta
2. Sumatera Utara 12,98 juta
3. Sumatera Barat 4,84 juta
4. Riau 5,54 juta
5. Kepulauan Riau 1,69 juta
6. Jambi 3,09 juta
7. Sumatera Selatan 7,44 juta
8. Kepulauan Bangka Belitung 1,22 juta
9. Bengkulu 1,71 juta
10. Lampung 7,59 juta
11. Banten 10,54 juta
12. DKI Jakarta 9,59 juta
13. Jawa Barat 43,02 juta
14. Jawa Tengah 32,38 juta
15. DIY 3,45 juta
16. Jawa Timur 37,47 juta
17. Bali 3,89 juta
18. NTB 4,49 juta
19. NTT 4,68 juta
20. Kalimantan Barat 4,39 juta
21. Kalimantan Tengah 2,2 juta
22. Kalimantan Selatan 3,63 juta
23. Kalimantan Timur 3,55 juta
24. Sulawesi Utara 2,26 juta
25. Gorontalo 1,04 juta
26. Sulawesi Tengah 2,63 juta
27. Sulawesi Barat 1,16 juta
28. Sulawesi Selatan 8,03 juta
29. Sulawesi Utara 2,23 juta
30. Maluku 1,53 juta
31. Maluku Utara 1,03 juta
32. Papua Barat 0,76 juta
33. Papua 2,85 juta

Diprediksikan pada 10 tahun lagi penduduk Indonesia akan bertambah 32 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk diatas 230 juta jiwa, Indonesia menduduki peringkat ke empat dunia dalam kategori jumlah penduduk. Semakin bertambahanya jumlah penduduk, berarti bertambah pula tantangan pemerintah Indonesia untuk mensejahterakan penduduk. Jelas hal ini akan menambah masalah-masalah mengenai kesehatan lingkungan seperti krisis air bersih, meningkatnya polusi, dan semakin menyempitnya daerah resapan air.

Jumat, 15 Oktober 2010

Epidemiologi dan Peranannya dalam Pemecahan Masalah Kesehatan di Masyarakat


A. Definisi Epidemiologi

Dalam beberapa kamus umum menyebutkan bahwa pengertian epidemiologi adalah ilmu tentang epidemi atau wabah. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani.
Epi = pada atau tentang, demos = rakyat/penduduk, logos = ilmu
Jadi epidemiologi merupakan “ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi pada rakyat”.
Batasan arti yang sudah berkembang dewasa ini mengartikan epidemiologi sebagai ilmu tentang terjadinya dan penyebab dari suatu masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta upaya-upaya penanggulangannya.

Definisi epidemiologi
a. Rothman (1986)
Epidemiologi adalah “ the science of occurrence of human illness”. Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian sakit pada manusia.

b. Azrul azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.

c. Mac Mahon dan Pugh (1970)
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.

d. Frost (1972)
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang fenomena massal penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah penyakit menular.

e. Omran ( 1974 )
Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

f. Hirsch ( 1883 )
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis – jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal.

EPIDEMIOLOGI adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian pada kelompok penduduk tertentu (Last, Beagehole et al,1993). Menurut Gordis (2000), epidemiologi merupakan inti dari disiplin ilmu “Public Health”,tetapi juga relevan untuk ilmu kedokteran klinis. Dengan kata lain epidemiology merupakan “the mother science of public health” (Blakley,1990).
Dari beberapa pengertian diatas, ada 3 faktor pokok dalam epidemiologi, yaitu :
a. Frekuensi yaitu besarnya masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Dengan mengetahui besarnya masalah, kita bisa mengetahui masalah mana yang harus mendapat penanganan terlebih dahulu.
b. Penyebaran atau distribusi, adalah pengelompokan masalah kesehatan menurut keadaan tertentu. Pengelompokan ini berupa komunitas yang mengalami masalah kesehatan (orang/man), tempat (place) dan waktu (time) terjadinya masalah kesehatan.
c. Determinan atau faktor-faktor yang mempengaruhi.
Determinan adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan, baik dalam banyaknya masalah atau frekuensi maupun proses penyebaran masalah kesehatan.

Di dalam penelitian epidemiologi terdapat 2 tahap, yaitu :
a. Epidemiologi deskriptif
Epidemiologi deskriptif digunakan untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mengenai
- Siapa (who) yang mengalami/menjadi sasaran dari masalah kesehatan.
- Dimana (where) masalah/penyakit itu terjadi.
- Kapan (when) masalah itu terjadi.
Dari 3 faktor yang mempengaruhi epidemiologi diatas, Frekuensi dan Distribusilah yang termasuk dalam kategori Epidemiologi Deskriptif.

b. Epidemiologi analitik
Dalam tahap analisis mencakup hubungan sebab-akibat tentang masalah yang terjadi, didasarkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi.Faktor pokok epidemiologi yang termasuk unsur dari epidemiologi analitik adalah determinan. Di dalam determinan harus mencakup 3 tahap yaitu merumuskan hipotesa, menguji hipotesa, selanjutnya menarik kesimpulan terhadap hipotesa yang telah dibuat.

Awal mulanya epidemiologi hanya menangai masalah penyakit menular saja. Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, ruang lingkup epidemiologi meluas, bukan hanya penyakit menular saja yang dipelajari, namun penyakit non menular, seperti penyakit jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Bahkan, epidemiologi di era sekarang berkembang luas ke hal-hal yang bukan merupakan penyakit, seperti kecelakaan, fertilitas, mortalitas, menopouse, kenakalan remaja, penggunaan narkotik, kebiasaan merokok, masalah KB, kesehatan lingkungan, Kesehatan Reproduksi, Kesehatan Kerja, Gizi, dan masih banyak lagi masalah yang menyangkut kesehatan.
Sasaran epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.


B. Sejarah Epidemiologi

Sejarah perkembangan epidemiologi seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran ketika Hippocrates (460-377 SM) yang disebut-sebut sebagai Bapak Kedokteran Modern mengemukakan teori yang mengatakan bahwa :
a. Kejadian kontak penyakit dikarenakan kontak dengan jazad hidup.
b. Penyakit berkaitan dengan lingkungan internal dan eksternal
Selanjutnya teori ini dimuat dalam karyanya yang berjudul “On Air, Water and Places”. Pada tahun 1620-1674 John Graunt melakukan pencatatan di Kota London dengan menggunakan tabel hidup (life table) untuk mendeskripsikan mortalitas penduduk dalam bentuk ukuran dasar epidemiologi, yaitu angka absolut, persen dan probabilitas. William Farr (1839) dikenal dengan ”The Founder of Modern Surveillance” mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian, dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program kesehatan masyarakat. Selanjutnya Willian Farr mengemukakan kausa epidemi kolera karena berhubungan dengan udara yang buruk, sehingga dikenal dengan “Teori Miasma”, miasma berarti udara buruk.
Penyelidikan kolera dilanjutkan oleh John Snow (1813-1958), penyelidikan Snow berbeda dengan Farr. John Snow yang merupakan seorang dokter tidak hanya menggunakan pendekatan klinik saja, tetapi menggunakan pendekatan komunitas. Snow melakukan penyelidikan alamiah pada tahun 1854 yang dikenal dengan “Shoe leather epidemiology”. Karena jasanya yang besar dalam bidang epidemiologi, maka John Snow disebut sebagai “Bapak Epidemiologi”

C. Tujuan Epidemiologi

1. Mendeskripsikan distribusi, kecenderungan dan riwayat alamiah penyakit atau keadaan kesehatan populasi
2. Menjelaskan etiologi penyakit
3. Meramalkan kejadian penyakit
4. Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan

D. Peranan Epidemiologi dalam Pemecahan Masalah Kesehatan di Masyarakat
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi sebab timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat dalam usaha untuk menanggulangi serta upaya pencegahan timbulnya masalah kesehatan
2. Memprioritaskan masalah kesehatan/penyakit yang harus diberantas/diobati terlebih dahulu
3. Mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit
Pengetahuan tentang perkembangan alamiah penyakit penting dalam menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa sehingga penyakit tidak sampai berkelanjutan. Manfaat/peranan Epidemiologi dalam menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit adalah melalui pemanfaatan keterangan tentang frekwensi dan penyebaran penyakit terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan diketahuinya waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah diperkirakan perkembangan penyakit tersebut
4. Untuk mencari efektifitas suatu tindakan pencegahan dan pengobatan
5. Mengidentifikasi kelompok penduduk risiko tinggi dari suatu penyakit, sehingga tindakan dapat segera diprioritaskan
6. Mengevaluasi efektifitas program-program kesehatan dan upaya pelayanan dalam rangka peningkatan kesehatan penduduk
7. Memperkirakan terjadinya wabah penyakit
8. Menerangkan suatu keadaan masalah kesehatan
Perpaduan ciri yang menghasilkan keadaan masalah kesehatan, yaitu epidemi, pandemik, endemik, dan sporadik.

Sumber :
1. Azwar, Azrul.1999. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Binarupa Aksara. es
2. MN, Bustan.2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
3. B, Budioro.2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro.
4. Friedman, Gary D. (2004). Primer of Epidemiologi. 5th ed. Singapore: Mc. Graw Hill
5. ikm2-epidemiologi1.pdf
6. Materi kuliah FKM Undip.


Nama : Ekki Indri R.U
Nim : E2A009079
MAHASISWA FKM UNDIP